Apa Histoplasmosis Itu?
Histoplasmosis adalah infeksi oportunistik (IO) yang umum pada orang HIV-positif. Infeksi ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini berkembang dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang burung/unggas dan gua. Infeksi menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat napas, dan tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi.
Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit, dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain. Histoplasmosis adalah penyakit yang didefinisi AIDS.
Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang ringan, dan berkembang dengan berbagai gejala, termasuk demam, kelelahan, kehilangan berat badan, hepatosplenomegali (pembengkakan pada hati dan/atau limpa) dan limfadenopati (pembengkakan pada kelenjar getah bening). Kurang lebih 50% pasien mengalami batuk kering, sakit dada dan sesak napas, sementara sejumlah yang lebih kecil mengalami masalah perut-usus dan kulit. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi sumsum tulang, dengan akibat anemia (kurang darah merah), leukopenia (kurang beberapa jenis darah putih) dan trombositopenia (kurang trombosit, dengan akibat darah sulit beku). Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru; rontgen dada dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit paru akibat histoplasmosis serupa dengan TB dan dapat semakin berat selama bertahun-tahun. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP), dengan sampai 20% pasien mengalami gejala kejiwaan.
Bagaimana Histoplasmosis Didiagnosis?
Ada tes antigen untuk H. capsulatum. Tes ini paling peka dengan contoh air seni, tetapi juga dapat dipakai dengan darah. Histoplasmosis juga dapat didiagnosis dengan membiakkan jamur dari contoh sumsum tulang, tetapi proses ini membutuhkan waktu beberapa minggu.
Dapatkah Histoplasmosis Dicegah?
Cara terbaik untuk mencegah histoplasmosis adalah dengan memakai terapi antiretroviral (ART).
Itrakonazol dapat dipakai untuk mencegah munculnya infeksi jamur termasuk histoplasmosis, namun penggunaannya umumnya tidak diusulkan. Profilaksis terhadap histoplasmosis dapat dipertimbangkan untuk Odha dengan jumlah CD4 di bawah 150 dengan pekerjaan berisiko tinggi (mis. bertani, berkebun, buruh bangunan).
Bagaimana Histoplasmosis Diobati?
Histoplasmosis diobati dengan dua tahap: induksi (terapi awal untuk infeksi akut), dan rumatan atau profilaksis sekunder (terapi terus-menerus untuk mencegah kambuhnya).
Bila infeksinya ringan atau sedang, terapi induksi dilakukan dengan itrakonazol; versi sirup paling baik. Bila penyakit berat, amfoterisin B dapat dipakai pada awal. Amfoterisin B adalah obat yang sangat manjur. Obat ini diinfus secara perlahan, dan dapat mengakibatkan efek samping yang berat. Ada versi amfoterisin B yang baru, dengan obat dilapisi selaput lemak menjadi gelembung kecil yang disebut liposom. Versi ini mungkin menyebabkan lebih sedikit efek samping.
Terapi amfoterisin B biasanya dilakukan selama dua minggu atau lebih, dan pasien umumnya dirawat di rumah sakit selama ini. Karena penguraian obat ini berbeda-beda tergantung pada individu, tingkat obat dalam darah harus dipantau. Setelah terapi awal ini selesai, terapi diteruskan dengan itrakonazol selama 12 bulan atau lebih. Flukonazol tidak efektif untuk mengobati histoplasmosis. Bila histoplasmosis sudah mempengaruhi SSP, biasanya terapi induksi dengan amfoterisin B diteruskan selama 4-6 minggu.
Setelah terapi ini, profilaksis sekunder, biasanya dengan itrakonazol, harus dilakukan seumur hidup. Ada kesepakatan bahwa profilaksis sekunder ini dapat dihentikan bila terapi sudah dilakukan lebih dari 12 bulan, jumlah CD4 di atas 150, ART dipakai selama lebih dari enam bulan, DAN tes pada air seni mendukung.
Garis Dasar
Histoplasmosis adalah penyakit jamur yang cukup umum pada Odha di Indonesia. Jamur tersebut tidak dapat diberantas.
Penyakit ini muncul saat sistem kekebalan tubuh sangat rusak, yaitu dengan jumlah CD4 di bawah 150.Histoplasmosis biasanya harus diobati pada awal dengan obat yang cukup manjur, amfoterisin B, yang juga menimbulkan efek samping yang berat. Setelah pengobatan awal, terapi harus diteruskan dengan itrakonazol seumur hidup, atau sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi pulih akibat penggunaan ART.
Diperbarui 2 Juni 2010 berdasarkan pedoman DHHS 10 April 2009, dan hlm. AETC cm-515 edisi 2006
Histoplasmosis
Histoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Gejala infeksi ini sangat bervariasi, namun penyakit ini terutama sekali berefek pada paru-paru. Kadang organ lain juga bisa terkena dampak dan bisa menjadi fatal jika tidak diobati. Histoplasmosis adalah umum di antara pasien AIDS karena sistem kekebalan rendah.
Gejala
Infeksi histoplasmosis akan dimulai dalam waktu 3 sampai 17 hari setelah terekspos, rata-rata 12-14 hari. Tahap akut histoplasmosis memiliki ciri dengan non-specific respiratory symptoms (simptom pernafasan yang tidak khas), sering batuk atau flu. Sinar X di dada dapat menemukan penyakit ini di paru-paru (pada 40-70% temuan). Kasus histoplasmosis kronis dapat menyerupai tuberkulosis (TBC).
Infeksi histoplasmosis akan dimulai dalam waktu 3 sampai 17 hari setelah terekspos, rata-rata 12-14 hari. Tahap akut histoplasmosis memiliki ciri dengan non-specific respiratory symptoms (simptom pernafasan yang tidak khas), sering batuk atau flu. Sinar X di dada dapat menemukan penyakit ini di paru-paru (pada 40-70% temuan). Kasus histoplasmosis kronis dapat menyerupai tuberkulosis (TBC).
Histoplasmosis adalah paling umum menjadi penyebab malaria mediastinitis, ini penyakit yang masih relatif langka. Infeksi parah dapat menyebabkan hepatosplenomegaly, lymphadenopathy, dan pembesaran adrenal. Luka/lesi cenderung untuk mengalami pengerasan-pengapuran saat penyembuhan.
Histoplasmosis dapat merugika retina mata. Jaringan pada retina akan tergores dan dapat mengalami kebocoran, sehingga kehilangan penglihatan.
Jenis
Histoplasmosis dapat dibagi ke dalam jenis-jenis berikut ini:
Histoplasmosis dapat dibagi ke dalam jenis-jenis berikut ini:
- Primary pulmonary histoplasmosis,
- Progressive disseminated histoplasmosis,
- Primary cutaneous histoplasmosis, dan
- African histoplasmosis.
Mekanisme penyakit
H. capsulatum tumbuh di dalam tanah dan material yang terkontaminasi dengan kotoran burung atau kelelawar (pupuk dari kotoran burung). Jamur ini dapat ditemukan pada kandang unggas, gua-gua, daerah tempat tinggal kelelawar, dan tempat bertengger burung. Jamur ini bersifat thermally dimorphic: di lingkungan (suhu 25° C) ia tumbuh sebagai mycelium (berwarna coklat), sedangkan pada suhu tubuh (37 ° C pada manusia) ia berubah menjadi ragi. Histoplasmosis tidak menular antar manusia, melainkan dari kontak dengan menghirup spora dari tanah atau pupuk yang mengandung kotoran burung.
H. capsulatum tumbuh di dalam tanah dan material yang terkontaminasi dengan kotoran burung atau kelelawar (pupuk dari kotoran burung). Jamur ini dapat ditemukan pada kandang unggas, gua-gua, daerah tempat tinggal kelelawar, dan tempat bertengger burung. Jamur ini bersifat thermally dimorphic: di lingkungan (suhu 25° C) ia tumbuh sebagai mycelium (berwarna coklat), sedangkan pada suhu tubuh (37 ° C pada manusia) ia berubah menjadi ragi. Histoplasmosis tidak menular antar manusia, melainkan dari kontak dengan menghirup spora dari tanah atau pupuk yang mengandung kotoran burung.
Diagnosis
Histoplasmosis dapat didiagnosis melalui sampel yang diambil dari jamur dahak, darah, atau organ yang terinfeksi. Juga dapat didiagnosis melalui deteksi antigens terhadap sampel darah atau urine dengan cara ELISA atau PCR. Juga dapat didiagnosis dengan tes antibodi terhadap Histoplasma di dalam darah. Tes kulit Histoplasma dapat juga menunjukkan apakah seseorang telah terpapar/terekspos penyakit ini, tetapi tidak dapat menunjukkan apakah mereka terkena penyakit (terinfeksi).
Histoplasmosis dapat didiagnosis melalui sampel yang diambil dari jamur dahak, darah, atau organ yang terinfeksi. Juga dapat didiagnosis melalui deteksi antigens terhadap sampel darah atau urine dengan cara ELISA atau PCR. Juga dapat didiagnosis dengan tes antibodi terhadap Histoplasma di dalam darah. Tes kulit Histoplasma dapat juga menunjukkan apakah seseorang telah terpapar/terekspos penyakit ini, tetapi tidak dapat menunjukkan apakah mereka terkena penyakit (terinfeksi).
Pencegahan
Tindakan kewaspadaan berikut dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terekspos :
Tindakan kewaspadaan berikut dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terekspos :
- Hindari daerah yang mungkin menjadi tempat tinggal jamur, misalnya, tumpukan kotoran burung atau kelelawar.
- Sebelum memulai pekerjaan atau kegiatan yang memiliki risiko untuk terpapar H. capsulatum, gunakan peralatan pelindung yang cukup untuk melindungi kita untuk terhirup spora jamur ini (misalnya dengan memakai masker). Penggunaan sarung tangan karet dan baju pelindung yang menutup seluruh tubuh juga dianjurkan dalam hal ini.
Perawatan
Obat antifungal digunakan untuk merawat kasus parah histoplasmosis akut dan semua kasus penyakit kronis akut dan yang menyebar. Pengobatan penyakit parah pertama melibatkan obat amphotericin B, diikuti itraconazole oral. Pada kasus yang lebih rendah, itraconazole oral atau ketoconazole sudah cukup. Penyakit ini yang tidak bergejala biasanya tidak dirawat.
Obat antifungal digunakan untuk merawat kasus parah histoplasmosis akut dan semua kasus penyakit kronis akut dan yang menyebar. Pengobatan penyakit parah pertama melibatkan obat amphotericin B, diikuti itraconazole oral. Pada kasus yang lebih rendah, itraconazole oral atau ketoconazole sudah cukup. Penyakit ini yang tidak bergejala biasanya tidak dirawat.
Sumber: Wikipedia.

Foto: dermimages
Deskripsi
Sporotrichosis adalah infeksi jamur yang menyebabkan nodul merah, lembut pada jari-jari, pergelangan tangan, dan lengan. Selain itu, kelenjar getah bening bisa juga terinfeksi.
Gejala
Sporotrichosis diawali dengan luka atau lecet berawarna merah, lembut, dan muncul di bawah kulit jari-jari. Selang beberapa hari sampai beberapa minggu setelah terinfeksi biasanya muncul tanda:
• Nodul menjadi merah muda. Beberapa hari sampai beberapa minggu setelah bintil pertama muncul, kemudian nodul berubah menjadi merah tua. Selanjutnya bercak merah bergerak ke lengan, pergelangan tangan, atau lengan.
• Kedinginan, demam, atau sakit kepala juga dapat terjadi meskipun hal ini jarang dialami penderita.
Perawatan
Sporotrichosis biasanya diobati dengan obat antijamur oral, seperti larutan kalium iodida atau itraconazole. Jika penderita mengalami gejala berat, yang resisten terhadap obat-obatan oral, atau memiliki infeksi di tempat lain dalam tubuh, ahli medis biasanya memberikan amfoterisin B intravena.
Sumber: discovery health
Sporotrichosis adalah infeksi jamur yang menyebabkan nodul merah, lembut pada jari-jari, pergelangan tangan, dan lengan. Selain itu, kelenjar getah bening bisa juga terinfeksi.
Gejala
Sporotrichosis diawali dengan luka atau lecet berawarna merah, lembut, dan muncul di bawah kulit jari-jari. Selang beberapa hari sampai beberapa minggu setelah terinfeksi biasanya muncul tanda:
• Nodul menjadi merah muda. Beberapa hari sampai beberapa minggu setelah bintil pertama muncul, kemudian nodul berubah menjadi merah tua. Selanjutnya bercak merah bergerak ke lengan, pergelangan tangan, atau lengan.
• Kedinginan, demam, atau sakit kepala juga dapat terjadi meskipun hal ini jarang dialami penderita.
Perawatan
Sporotrichosis biasanya diobati dengan obat antijamur oral, seperti larutan kalium iodida atau itraconazole. Jika penderita mengalami gejala berat, yang resisten terhadap obat-obatan oral, atau memiliki infeksi di tempat lain dalam tubuh, ahli medis biasanya memberikan amfoterisin B intravena.
Sumber: discovery health
1. Identifikasi
Sporotrichosis adalah penyakit jamur, biasanya menyerang kulit. khususnya pada
ekstremitas, yang dimulai dengan bentuk nodula. Kemudian nodula tumbuh, saluran limfe
menjadi keras seperti kawat dan membentuk rangkaian nodulae, nodulae ini kemudian
menjadi lunak dan membentuk ulcus.
Sendi dan paru-paru jarang terkena begitu pula jarang sekali terjadi infeksi multifokal.
Penyakit biasanya tidak fatal.
479
Konfirmasi laboratorium dilakukan dengan kultur dan biopsi nanah atau eksudat.
Organisme jarang terlihat pada preparat ulas. Biopsi jaringan untuk pemeriksaan
laboratorium, hendaknya diperiksa dengan pengecatan khusus jamur.
Sporotrichosis adalah penyakit jamur, biasanya menyerang kulit. khususnya pada
ekstremitas, yang dimulai dengan bentuk nodula. Kemudian nodula tumbuh, saluran limfe
menjadi keras seperti kawat dan membentuk rangkaian nodulae, nodulae ini kemudian
menjadi lunak dan membentuk ulcus.
Sendi dan paru-paru jarang terkena begitu pula jarang sekali terjadi infeksi multifokal.
Penyakit biasanya tidak fatal.
479
Konfirmasi laboratorium dilakukan dengan kultur dan biopsi nanah atau eksudat.
Organisme jarang terlihat pada preparat ulas. Biopsi jaringan untuk pemeriksaan
laboratorium, hendaknya diperiksa dengan pengecatan khusus jamur.
2. Agen Penyebab: Sporothrix schenckii, termasuk jamur dimorfik.
3. Distribusi penyakit
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia, merupakan penyakit akibat kerja yang menyerang
petani, tukang kebun dan hortikulturis. Penyakit ini muncul sporadis dan sangat jarang.
Pernah dilaporkan terjadi KLB di Afrika Selatan yang enimpa para pekerja tambang emas,
pada waktu itu dilaporkan ada sekitar 3000 penderita; ternyata jamur tumbuh pada kayu
yang dipakai untuk menyangga terowongan tambang.
Pada tahun 1988, 84 orang penderita dilaporkan dari 14 negara bagian di AS, menyerang
pekerja yang bertugas mengepak biji bibit tanaman sejenis conifer dan dipak dengan
sphagnum moss (lumut yang dipakai oleh penjual kembang untuk vas).
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia, merupakan penyakit akibat kerja yang menyerang
petani, tukang kebun dan hortikulturis. Penyakit ini muncul sporadis dan sangat jarang.
Pernah dilaporkan terjadi KLB di Afrika Selatan yang enimpa para pekerja tambang emas,
pada waktu itu dilaporkan ada sekitar 3000 penderita; ternyata jamur tumbuh pada kayu
yang dipakai untuk menyangga terowongan tambang.
Pada tahun 1988, 84 orang penderita dilaporkan dari 14 negara bagian di AS, menyerang
pekerja yang bertugas mengepak biji bibit tanaman sejenis conifer dan dipak dengan
sphagnum moss (lumut yang dipakai oleh penjual kembang untuk vas).
4. Reservoir: Tanah, tumbuh-tumbuhan dan kayu yang membusuk.
5. Cara Penularan
Jamur masuk kulit melalui tusukan duri atau tusukan barang tajam lainnya, atau pada
waktu menangani tanaman sejenis lumut atau pada waktu menangani potongan kayu atau
pohon. KLB pernah terjadi pada anak-anak yang bermain dirumput kering dan orang
dewasa yang mengepak rumput kering, Sporotrichosis paru-paru diperkirakan karena
inhalasi dari conidia.
Jamur masuk kulit melalui tusukan duri atau tusukan barang tajam lainnya, atau pada
waktu menangani tanaman sejenis lumut atau pada waktu menangani potongan kayu atau
pohon. KLB pernah terjadi pada anak-anak yang bermain dirumput kering dan orang
dewasa yang mengepak rumput kering, Sporotrichosis paru-paru diperkirakan karena
inhalasi dari conidia.
6. Masa Inkubasi: Bentuk limfatik berkembang 1 minggu sampai 3 bulan setelah luka.
7. Masa penularan: Tidak ditularkan dari orang ke orang.
8. Kerentanan dan kekebalan : tidak diketahui dengan jelas.
9. Cara – cara pemberantasan
A. Tindakan pencegahan
Pada industri pengolahan kayu, kayu hendaknya diberi fungisida didaerah dimana
sporotrochosis sering terjadi. Pakailah sepatu bot, baju lengan panjang jika bekerja
mengolah Sphagnum moss (sejenis lumut yang dipakai oleh tukang bungan untuk
menancapkan kembang dalam vas bunga).
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan.
1). Laporan kepada dinas kesehatan setempat, laporan secara resmi tidak perlu, kelas
5 (lihat tentang laporan penyakit menular).
2). Isolasi penderita: Tidak perlu
3). Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dan pembalut luka.
Pembersih terminal.
4). Karantina: tidak perlu
5). Imunisasi terhadap kontak: tidak ada
480
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi: cari dan temukan penderita yang belum
terdiagnosa dan yang belum diobati.
7). Pengobatan spesifik: Iodida oral dan itraconazole efektif untuk mengatasi infeksi
limfokutaneus, sedangkan untuk infeksi ekstrakutaneus adalah amphotericin B
(Fungizone ®), itraconazole juga efektif.
C. Upaya penanggulangan wabah: Pada waktu terjadi wabah di Afrika Selatan pada
pekerja tambang dilakukan penyemprotan terhadap kayu-kayu yang dipakai
dipertambangan menggunakan zinc sulfate dan triolith. Selain itu dilakukan juga
upaya sanitasi
D. Implikasi bencana: tidak ada
E. Tindakan Internasional: tidak ada
A. Tindakan pencegahan
Pada industri pengolahan kayu, kayu hendaknya diberi fungisida didaerah dimana
sporotrochosis sering terjadi. Pakailah sepatu bot, baju lengan panjang jika bekerja
mengolah Sphagnum moss (sejenis lumut yang dipakai oleh tukang bungan untuk
menancapkan kembang dalam vas bunga).
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan.
1). Laporan kepada dinas kesehatan setempat, laporan secara resmi tidak perlu, kelas
5 (lihat tentang laporan penyakit menular).
2). Isolasi penderita: Tidak perlu
3). Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dan pembalut luka.
Pembersih terminal.
4). Karantina: tidak perlu
5). Imunisasi terhadap kontak: tidak ada
480
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi: cari dan temukan penderita yang belum
terdiagnosa dan yang belum diobati.
7). Pengobatan spesifik: Iodida oral dan itraconazole efektif untuk mengatasi infeksi
limfokutaneus, sedangkan untuk infeksi ekstrakutaneus adalah amphotericin B
(Fungizone ®), itraconazole juga efektif.
C. Upaya penanggulangan wabah: Pada waktu terjadi wabah di Afrika Selatan pada
pekerja tambang dilakukan penyemprotan terhadap kayu-kayu yang dipakai
dipertambangan menggunakan zinc sulfate dan triolith. Selain itu dilakukan juga
upaya sanitasi
D. Implikasi bencana: tidak ada
E. Tindakan Internasional: tidak ada


