1.
PENGERTIAN
Spektrofotometri
visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud sinar tampak
adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat
oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm dan
memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol.
Pada
spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan lampu
tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram
merupakan salah satu unsur kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk
golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau golongan 6 dengan simbol W
dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak
terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930
°C.
Dalam dunia analisis kimia dikenal suatu alat yang bernama Spektrofotometer visible. Alat ini berdasar
hukum Lambert-beer :
“Jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel (b), konsentrasi analit (c), dan koefisien absorptivitas molekuler (a) dari suatu spesi (senyawa) pada suatu panjang gelombang”
“Jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel (b), konsentrasi analit (c), dan koefisien absorptivitas molekuler (a) dari suatu spesi (senyawa) pada suatu panjang gelombang”
2.
PRINSIP
Logika prinsip dari alat spektro-vis adalah intensitas warna dari suatu larutan sebanding dengan jumlah cahaya yang serap. Semakin pekat warna, semakin banyak cahaya yang di serap.
Logika prinsip dari alat spektro-vis adalah intensitas warna dari suatu larutan sebanding dengan jumlah cahaya yang serap. Semakin pekat warna, semakin banyak cahaya yang di serap.
A. PERCOBAAN SEDERHANA
Sekarang anda bayangkan sebuah gelas. Gelas tersebut
di isi dengan air mineral yang jernih. Kemudian anda lewatkan seberkas sinar
melalui gelas tersebut, misalnya dengan lampu senter. Cahaya sinar lampu senter
akan lewat dengan mudah bukan..? menembus melalui gelas.
Sekarang
coba anda ganti isi air mineral dengan air sirup yang berwarna, katakanlah coklat (sirup
rasa coklat). Sekarang coba anda lewatkan cahaya lampu senter melalui gelas
tersebut. Apa yang terjadi..? Sinar sulit melewati air sirup berwarna. Memang
ada yang lewat, tapi tidak semuanya. Sebagian sinar ada yang di serap oleh warna coklat sirup.
Semakin pekat warna pada sirup, sinar lampu senter akan semakin sedikit yang menembus gelas. Dengan kata lain semakin banyak cahaya yang diserap. Jumlah cahaya yang di serap berbanding lurus dengan intensitas warna. Hal inilah yang mendasari pengukuran spektro-visibel.
Semakin pekat warna pada sirup, sinar lampu senter akan semakin sedikit yang menembus gelas. Dengan kata lain semakin banyak cahaya yang diserap. Jumlah cahaya yang di serap berbanding lurus dengan intensitas warna. Hal inilah yang mendasari pengukuran spektro-visibel.
B.
PENGUKURAN KUANTITATIF
Apabila anda
mempunyai larutan dengan deret warna yang semakin pekat. Kemudian anda mengukur
absorbasinya (jumlah cahaya yang diserap). Maka akan didapatkan suatu kurva
linier. Jumlah cahaya yang diserap semakin banyak seiring dengan intensitas
warna yang semakin pekat. Deret warna ini dalam dunia analisis kimia di sebut
sebagai deret standar. Dan jika suatu larutan telah diketahui absorbansinya,
maka konsentrasinya-pun dapat diketahui dengan membandingkan terhadap deret
standar. Inilah prinsip dasar pengukuran konsentrasi menggunakan spektro-visibel.
C. LIMITASI DALAM SPERTRO-VISIBLE
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah pada konsentrasi yang terlalu pekat, kurva deret
standar menjadi tidak linier. Biasanya konsentrasi di atas 0.1 M. Hal ini
karena pada konsentrasi yang tinggi, jarak antar partikel zat menjadi sangat
rapat. Hal ini akan mempengaruhi distribusi muatan, dan mengubah cara molekul
melakukan serapan. Oleh karena itu terkadang pada konsentrasi terlalu tinggi
kurva tidak linier. Itulah sebabnya pada pembuatan deret standar, absorbansi
dianjurkan tidak melebih 1. Jadi absorbansi deret standar ada di dalam range
0-1.
Yang Perlu di Perhatikan !
a) Perbedaan
kuvet sangat berpengaruh. Harap selalu gunakan satu kuvet yang sama untuk
mengukur absorbansi. Apabila anda terlibat dengan sample yang jumlahnya banyak,
dan anda menggunakan kuvet disposable, gunakan kuvet maksimal tiga kali
pemakaian. Setelah itu pakai kuvet baru.
b) Terkadang
senyawa analat mengalami reaksi kimia yang lambat dan memerlukan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Hal ini menyebabkan penyimpangan yang signifikan bila
pembacaan absorbansi tidak dilakukan bersamaan.
c) Lakukan
pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimal. Jangan sungkan untuk
mencari terlebih dulu pada panjang gelombang berapa sample memberikan
absorbansi maksimal. Hal ini untuk meningkatkan sensitifitas analisa.
D.
HUBUNGAN ABSORBANSI DAN KONSENTRASI
Panjang
gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang
dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut λmaks.
Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama,
maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.
Berdasarkan
hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi, karena b atau l
harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang
dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah
absorbansi yang dihasilkan makin rendah. (Hukum Lamber-Beer dan syarat
peralatan yang digunakan agar terpenuhi hukum Lambert-Beer .
Hubungan antara
absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila nilai absorbansi
larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut sebagai daerah
berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka
hubungan absorbansi tidak linear lagi. Kurva kalibarasi hubungan antara
absorbansi versus konsentrasi dapat dilihat pada Gambar.
Gambar Kurva
hubungan absorbansi vs konsentrasi
E.
FAKTOR-FAKTOR ABSORBANCE DAN
KONSENTRASI MENJADI TIDAK LINIER
1.
Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi
dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan
dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2.
Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan
gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3.
Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan
absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang
digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat
dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis
yang didasarkan pada pembentukan larutan berwarna disebut juga metode
kolorimetri.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi
dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna
(chromogenik reagent).
F.
SIFAT-SIFAT REAGEN PEMBENTUK WARNA
1.
Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang
berubah sifatnya dalam waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam
cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi
yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
2.
Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3.
Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus
berlangsung secara stoikiometrik.
4.
Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum
dimana dilakukan pengukuran.
5.
Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk
komponen yang dianalisa, sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan
ukuran bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh
ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang dapat
mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu
bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang
dikehandaki tidak sempurna.
7.
Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil
reaksi berwarna yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut
yang dipakai.
G. LARUTAN YANG
DITAMBAH REAGEN HARUS MEMILIKI LIMA SIFAT
1.
Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan
pengukuran absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan
menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara,
penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun
kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan yang
lebih baik.
2.
Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai
intensitas yang cukup tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti bahwa
absortivitas molarnya (ε) besar. Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah
pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang
cukup tinggi.
3.
Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada
pengaruh variasi-variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun
kondisis-kondisi yang lain.
4.
Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam
pelarut yang dipakai.
5.
Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.
H.
MENENTUKAN
KONSENTRASI SAMPEL DENGAN CARA KURVA KALIBRASI
Konsentrasi
sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang diturunkan dari
hukum lambert beer
(A= a . b . c atau A = ε . b . c).
Namun ada cara lain yang dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan
yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini
sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan
konsentrasi zat dengan kurva kalibarasi:
- Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang
memiliki absorbansi atau transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah
kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu
untuk sampel. Dalam melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar
kesalahannya makin kecil.
- Membuat larutan standar pada berbagai
konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya telah
diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih
kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
- Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur
pada berbagai panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada
panjang gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi
disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
- Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang
telah dibuat pada panjang gelombang maksimum.
- Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua
larutan standar, kemudian alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi
sehingga diperoleh suatu kurva yang disebut kurva kalibarasi.
Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara
0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat
dipastikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar